Thursday, 11 January 2018

Kata-kata bijak Soe Hok gie

Soe Hok Gie, ia adalah satu diantara mahasiswa yang merintis berdirinya Pencinta Alam di Indonesia dan dialah orang yang pertama kali menggunakan istilah " Pencinta Alam". Kesibukannya sebagai mahasiswa tidak menghalanginya untuk berpetualang di alam, mendaki gunung adalah salah satu hobinya. Soe Hok Gie juga adalah seorang aktivis mahasiswa yang kritis dan pemberani. Ia pernah menjadi ketua senat difakultasnya, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia juga turut membantu beridirinya Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) Universitas Indonesia. Sosoknya terkenal dengan tulisannya yang sangat kritis terhadap pemerintahan orde lama dan orde baru. Soe adalah seorang penulis yang produktif, dengan berbagai artikel yang dipublikasikan di koran-koran seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. 

Berikut ini kata-kata bijaknya:
  • "Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak labih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah kita". 
  • "Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya"
  • "Kami Jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hiporkrisi dan slogan-slogan.Seseorang hanya dapat mencitai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat.Karena itulah kami naik gunung".
  • "Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin". 
  • "Tapi sekarang aku berpikir, sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. Seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat ridak apa-apa?". 
  • "Bagi saya KBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik dari pada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita".
  • "Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berhagialah dalam ketiadaanmu".
  • "Bidang seorang sarjana adalah berfikir dan mencipta yang baru, mereka harus bisa bebas dari segala arus masyrakat yang kacau. Tapi mereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya. Yakni bertindak demi tanggung jawab sosialnya, apabila keadaan telah mendesak. Kaum intelejensia yang harus berdiam di dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan".
  • "Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah".
  • "Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata".
  • "Kebenaran cuma ada di langit dan dunia hanyalah palsu, palsu".
  • "Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau".
  • "Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, aku memilih untuk menjadi manusia merdeka".
  • "Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adah; Who am i? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar, kebenaran".
  • "Mimpi saya yang terbesar yang ingin saya laksanakan adalah agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi 'manusia-manusia yang biasa'. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkahlaku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai manusia yang tidak mengikngkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia".
  • "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah berumur tua. Rasa-rasanya memang begitu, berbahagialah mereka yang mati muda".
  • "Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan akan prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun".
  • "Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada" Apakah tanpa kesedihan, tanpa penghianatan sejarah tidak akan lahir?".
  •  "Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi".
  • "Manuisa dibentuk oleh ambisi mengenai masa depan, dibentuk oleh kenyataan-kenyataan kini, dan pengalaman-pengalaman masa lampau. Seorang pun tak dapat membebaskan dirinya dari masa lampau. Pengalaman-pengalaman pribadi memberi warna pada pandangan dan sikap hidup seorang untuk seterusnya".
  •  "Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah".
  • "Kemerdekaan merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, tetapi juga merupakan sebuah gedung kosong. Menjadi tugas pendukung-pendukungnya untuk mengisi kemerdekaan".
  •  "Saya putuskan bahwa saya akan demontrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan".
  •  "Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan".
  •  "Makin redup idealisme mahasiswa dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi".
  •  "Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi".
  • "Barang siapa mengibarkan bendera 'Revolusioner', akan memperoleh pasaran dikalangan kaum radikal, kaum yang menunggu dengan tidak sabar perubahan-perubahan yang mereka harapkan. Kaum 'Radikal" ini berasal dari segala golongan".
  • "Dunia itu adalah dunia yang aneh. Dunia yang hijau tapi lucu. Dunia yang kotor tapi indah. Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan".
  •  "Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah keadilan dan kejujuran".
  •  Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok Inge School berkata tidak. Mereka (pemuda-pemuda Jerman ini) punya keberanian untuk berkata 'tidak'. Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi yang semua identik. Bahwa mereka mati, bagiku bukan soal. Mereka telah memenudi panggilan seorang pemikir. Tidak ada indahnya (dalam arti romantik) penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain berbicara tentang kebenaran".
  • "Atau....dia kompromi dengan situasi yang baru. Lupakan idealisme dan ikut arus. Bergabunglah dengan grup yang kuat (partai, ormas, ABRI, dan lain-lainya) dan belajarlah teknik memfitnah dan menjilat. Karir hidup akan cepat menanjak. Atau kalau mau lebih aman kerjalah disebuah perusahaan yang bisa memberikan sebuah rumah kecil, sebuah mobil atau jaminan-jaminan lain dan belajarlah patuh dengan atasan. Kemudian carilah istri yang manis. Kehidupan selesai".
  • "Baru-baru ini seorang OKD (Organisasi Keamanan Desa) memukul tukang becak. Kita kasihan pada OKD yang penakut itu. Mereka, menutupi kekecilannya (cuma OKD) berlagak seperti jendral. Sebenarnya mereka adalah seorang yang penakut. Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut".
  • "Saya tak tahu mengapa, saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas Jakarta denga warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosng. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anking-anjing di jalanan, pasa semua-muanya".
  • "Realitas-realitas baru inilah yang menghadapi pemuda-pemuda Indonesia yang penuh dengan idealisme. Dia hanya ada dua pilihan. Yang pertama, tetap bertahan dengan cita0cita idealisme. Menjadi manusia yang non-kompromistis. Orang-orang dengan aneh dan kasihan akan melihat mereka sambil geleng-geleng kepala. 'Dia pandai dan jujur, tetapi sayangnya kakinya tidak menginjak tanah' ".
  •  "Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau denga isteri-isterinya. Dua ratus meter sari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang".
  •  "Akupun tak yakin (pasti malah) tentang ke-tak-ada-annya nasib, Aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi tak pernah dapat menolaknya. Kita asing, ya kita asing dari ciptaan kita sendiri".
  •  "Jepang adalah tanah dan Barat adalah benih. Benih itu ditanam dan walupun yang tumbuh pohon barat, tapi pohon tadi telah mempunyai sifat-sifat yang khas Jepang. Apakah Indonesia sekuat Jepang? Setanpun tak tahu".
  •  "Potonglah kaki tangan seseorang, lalu masukkan di tempat 2x3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia" 
Semoga kata-katanya menyadarkan, menginspirasi dan memotivasi kita semua. 
Sumber: Buku-buku Soe Hok Gie dan Internet.

No comments:

Post a Comment

We’ll never share your email address with a third-party.